
Dalam satu dasawarsa kebelakang, kesenian Wayang golek masih cukup eksis. Beberapa keluarga yang menggelar hajatan masih banyak yang menanggap kesenian
Wayang Golek yang kini sudah semakin tergerus oleh kesenian asing yang
mereduksi signifikan kesenian peninggalan leluhur ini. Namun ketika arus
modernisasi yang juga serta-merta membawa kebudayaan asing—terutama
kebudayaan Barat ke dalam
negeri
ini— masuk tanpa bisa dicegah secara otomatis kebudayaan lokal yang
seharusnya diberdayakan malah keteteran dan hampir dilupakan.
Sejarah Wayang Golek
Ketika masa awal kemunculan kesenian Wayang Golek di masa Kerajaan Padjajaran fungsi Wayang Golek
ada
dua; sebagai upacara ritual atau ruwatan, dan untuk hiburan. Fungsi
Wayang Golek untuk ruwatan biasanya digunakan dalam peruwatan rumah,
anak, surambi (4 orang putera), pandawa
lima
(lima orang putera), talaga tanggal kausak (seorang putera diapir dua
puteri), dan samudera hapit sindang (seorang puteri diapit dua putera).

Wayang Golek untuk hiburan dipergunakan untuk upacara dan perayaan
khusus seperti khitanan, perkawinan, perayaan karawitan, hari jadi,
hari-hari besar dan penyambutan tamu-tamu negara. Wayang golek yang
dikenal kita adalah wayang golek purwa, wayangnya terbuat dari kayu
menyerupai bentuk manusia yang disebut golek oleh karena itu disebut
wayang golek.
Setidaknya
ada dua macam Wayang Golek dalam tatar sunda yakni Wayang Golek Papak
dan Wayang Golek Purwa. Wayang golek adalah bentuk teater rakyat yang
sangat populer di masyarakat. Lakon-lakon wayang golek memiliki lakon
galur dan carangan yang semuanya bersumber dari cerita ramayana dan
Mahabrata. Kesemuanya lakon dalam pementasan Wayang Goleh begitu sarat
dengan nilai-nilai kehidupan dan filosofis.

Pembawa
cerita disebut Dalang sekaligus pemimpin pertunjukan menyuarakan anat
wacana, mengatur gamelan, mengatur lagu dll. Wayang golek purwa memakai
bahasa Sunda, karawitan pengiringnya berlaras salendro yang terdiri dari
waditra dua saron, satu peking, satu salentem, satu bonang, satu
rincik, satu perangkat kenong, sepasang goong, kempul goong dan
seperangkat kendang (satu indung 3 kulanter), gambang, rebab, wira suara
(juru alok), sinden.
Komentar
Posting Komentar